Liburan Akhir Tahun di Malaysia, Seru dan Murah. Part 3

Kuala Lumpur, Kota Gemerlap yang Bersahaja…
Kembali ke Kuala Lumpur, kali ini kita lebih santai menikmati perjalanan dan mencermati pemandangan kota menjelang malam. Hari ini tanggal 31 Des 2010, sehingga suasana kota ramai dan gemerlap… lampu di kota dan gedung-gedung bercahaya berpendar, dan gedung Petronas yang dikenal sebagai the Twin Tower, benar-benar menjulang tinggi, bercahaya dan anggun berdiri berkilauan. Kedua gedung kembar ini sungguh pantas menjadi icon kota ini. Mungkin karena ditunjang oleh lanskap kota yang berkontur, tapi ada cukup ruang terbuka di sekeliling-nya sehingga penampilan The Twin Tower menjadi lebih menonjol dari bangunan-bangunan lain yang juga menjulang tinggi.

Dari obrol-obrol dengan penumpang yang share taxi dengan kita dari Genting, keramaian malam tahun baru yang cocok buat anak muda dengan suasana ‘party on the street’ akan berlangsung di jalan Bukit Bintang. Jalanan-nya khusus ditutup untuk party. Sempat terpikir untuk bermalam tahun baru di sana, namun karena tidak tahu arah dan kita khawatir harus membuat reservasi, dan takut tidak mendapat spot yang oke karena tidak memiliki referensi, maka kita terus saja menuju hotel Nikko di KLCC agar bisa beristirahat sejenak. Kebetulan hotel Nikko letaknya dekat sekali dengan gedung Twin Tower dan ada taman besar di belakangnya. Hmm ini pasti seperti Monas-nya kota Jakarta, dan pasti ada keriaan di sana. Setidaknya kita berharap ada pesta kembang api.  Semoga…! Tapi kalaupun tidak, setidaknya kilau gedung Twin Tower dari dekat sudah cukuplah menyenangkan hati. Maka otomatis kita berniat menghabiskan malam pergantian tahun di sini.
Setelah check in dan menikmati sejenak kamar yang luar biasa indah dibanding budget permalam yang kita keluarkan, waktunya untuk mencari makan. Dari browsing sebelumnya disebutkan bahwa di jalan menuju KLCC ada restoran yang wajib dikunjungi, yaitu Nasi Kandar Pelita, yang bahkan Master Kuliner pak Bondan Winarno juga sempat mengulasnya. Dan kita sangat beruntung, ternyata tanpa kita rencanakan restoran ini ada di pinggir jalan raya dari hotel kami ke KLCC.. sehingga pasti kita lewati bila menuju ke sana. Hanya berjalan pelan tidak sampai 10 menit, kita tiba di restoran yang ramai, terang, namun sederhana. Tadinya sempat khawatir tidak ada tempat di dalam-nya, namun ternyata masih banyak tersedia kursi, karena makan di restoran ini hampir sama dengan di restoran Padang atau Warteg di tanah air. Semuanya sudah tersaji, tinggal pilih, tunjuk, dan disiapkan. Cepat, praktis, porsinya besar, masakannya seperti masakan di rumah, dan yang terpenting enak. Harganya-pun relatif murah. Pengalaman makan Nasi Kandar Pelita benar-benar nyata seperti yang diceritakan oleh orang-orang dan para pakar kuliner. Nyam-nyam…
Dengan perut kenyang dan nyaman, kita berjalan pelan-pelan menuju The Twin Tower. Di sepanjang jalan banyak orang berjualan dari mulai minuman, makanan kecil, burger dan ntah roti apa dibungkus kertas roti, nugget dan segala macam daging ditusuk batang lidi seperti sate, dan kacang rebus. Selain itu ada saja yang berjualan perhiasan kepala yang menyala, bando aneka rupa, topeng-topeng, dan berbagai jenis glitter. Ada sedikit satu dan dua menjual terompet, tapi tidak menjamur seperti tukang terompet di Jakarta. Kalau ada yang eskpor terompet kita untuk tahun baru, mungkin bisa jadi laku keras…
Tanpa disadari ternyata banyak sekali orang yang datang ke taman di KLCC ini, dan tiba-tiba sudah menyemut orang dari berbagai penjuru. Perpaduan yang datang sungguh beragam dari suku bangsa, ras dan sepertinya juga kelas sosial yang beragam benar-benar bercampur baur menjadi satu di lapangan ini. Bayangkan dari orang Melayu, Bule, Cina, Arab, India, bahkan warga Afrika  berlebur jadi satu dengan penampilan dari yang kasual sampai resmi dengan gaun dan jas juga ada. Dari anak-anak, bahkan bayi, kakek nenek, dan tentunya orang-orang muda yang berdandan santai sampai yang dandan abis-abisan, dari yang tertutup, sampai yang terbuka. Sehingga suasana meriah sungguh terasa sampai kemudian jam menunjukkan detik-detik pergantian tahun, dan pesta kembang api dimulai….
Di sini di negeri orang, kita melepas pergi tahun 2010 bersama dengan mungkin ribuan orang yang campur baur di icon kota Malaysia. Bener-bener pengalaman luar biasa… membukakan mata bahwa begitu besarnya kuasa Allah dan nikmat yang telah diberikanNya, betapa Allah menyayangi semua mahluk ciptaanNya yang beragam, dan harapan tumbuh membuncah di dada untuk tahun yang lebih baik lagi di 2011 dan selanjutnya..

Terima kasih perjalanan yang berkesan, di kota gemerlap yang sekaligus bersahaja, yang telah mengajarkan untuk tetap sederhana, kendati boleh-lah sedikit angkuh bila kita dianugerahi kemudahan membangun kegemerlapan..
(sedikit saja...)

Liburan Akhir Tahun di Malaysia, Seru dan Murah. Part 2

Kota di Atas Awan
Udara dingin langsung menggigit ketika tiba di Skyway Cable Car Terminal, dingin dan segar! Suasana di Skyway Cable Car Terminal ini juga santai dan lancar. Walaupun antrian orang menuju ajungan naik cable car sangat padat, namun sejak di awal antrian ada titik yang menerangkan bahwa dari titik ini ke depan, antrian akan berdurasi 30 menit, 15 menit, dst. Sehingga walaupun lama, namun kita tenang karena tahu akan berapa lama berdiri mengantri. Kita lumayan bersyukur dalam hati karena kita tidak membawa tas yang besar hanya 1 backpack. Terbayang bagaimana repotnya bila harus mengantri dengan membawa luggage.

Menaiki cable car ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Karena biar bagaimanapun cable car kelihatan ringkih, bentuknya seperti kapsul bergantung-gantung di udara, bermuatan maximal 6-8 orang. Untuk yang takut ketinggian, perjalanan yang hanya 10 menit terasa lama sekali. Saya excited menikmati naik cable car mungil yang tergantung di utas tali di atas jurang atau lembah yang lumayan tinggi. Saya sangat menikmati sensasi-nya merayap pelan menanjak, namun suami saya ternyata tidak menikmati karena takut ketinggian, menjadi pucat dan mual… kapok katanya, sehingga saat itu juga tiket return untuk naik cable car saat pulang dari Genting nanti, seharga RM20 untuk 2 orang langsung dibuangnya. Hehe…lumayan sudah punya pengalaman mas…!









Tibalah kami di Genting Highland Park Resort… dan keluar dari terminal Cable Car, kita langsung berada di kompleks Hotel Genting Highland dan melewati berbagai toko dan keramaian area perbelanjaan, kita langsung menemukan lobby Hotel Genting Highland. Keluar dari lobby ini langsung kita bisa menatap Hotel First World yang menjulang warna-warni di depannya. Genting Resort benar-benar seperti yang ditulis di brosur dan website, awan ada dimana-mana. Bukan hanya kabut yang ada, tapi benar-benar awan yang tebal bertaburan dan bisa kita sentuh dengan tangan. Dingin tentunya….
Hotel First World bisa dicapai berjalan kaki, atau naik shuttle bus dari depan hotel Genting Highlands. Kita memilih berjalan kaki, karena kelihatannya dekat sekali. Ternyata ketika ditempuh, jaraknya lumayan jauh, dan naik turun mengikuti kontur lembah, namun karena hati senang telah tiba di kota di atas awan ini, jarak yang ditempuh berjalan kaki ini tidak terasa. Ketika tiba di lobby hotel First World yang demikian luas-nya dengan kursi-kursi seperti kursi di terminal bus, menghadap ke loket check in yang jumlahnya luar biasa banyaknya, kita harus mengambil nomer antrian untuk check in, dan ajaib ntah karena booking lewat web atau karena kelas kamar yang kita pilih super deluxe, dari nomer antrian yang sampai ribuan itu, kita dapat nomer 4124, kita hanya menunggu 2 nomer dan sudah dilayani dengan cepat. Dengan keberuntungan ini, kita lalu mengira akan mendapat kamar yang deluxe dan mewah seperti hal-nya lobby hotel ini, namun ternyata kamar yang didapat jauh di lantai 14 tower 1, dan luas kamar tak kurang dari rata-rata kamar kost di Jakarta, luasnya kira-kira 3x3M dengan kamar mandi yang kecil dan polos tanpa hiasan apapun. Amenities yang disediakan  hanya shampoo, sabun dan handuk. Bener-bener hotel minimalis. Kita berdua sampai tersenyum geli tapi kecut, dan setelah meletakkan barang bawaan, buru-buru meninggalkan kamar untuk segera mencari makan..
Mau makan di Genting sama sekali tidak repot. Segala macam restoran gampang ditemukan di area perbelanjaan yang bersambungan dengan hotel. Dari kedai seperti di food court, restoran keluarga sampai restoran fine dining banyak sekali bertebaran, di antara toko-toko yang ada. Ketika urusan makan beres, kita langsung masuk ke kasino-nya. Di tiap hotel ada kasino yang ukuran-nya sangat besar dan luas. Ada yang VIP, ada yang biasa, tapi semuanya dengan aturan yang sama, yaitu berpakaian rapi, at least pakai sepatu, dan siap-siap kehabisan duit kalau tidak mengerti bermain judi. Di dalam kasino biasanya ada tempat yang menyediakan minum gratis, dari kopi, milo, air sirup dan air putih. Sedangkan untuk makan, tersedia counter snack, tentunya berbayar, dan beberapa restoran di dalam kasino, sehingga ketika berada di dalam tidak perlu keluar lagi dan bisa menghilangkan waktu mengharapkan keberuntungan dari buah di lembar kartu, putaran, lemparan, kocokan, atau apa-pun jenis permainan yang dipilih.

Bila mengajak anak-anak maka agenda acara akan berubah lain sekali, karena ada area lain yang bisa dikunjungi di Genting yaitu taman bermain anak-anak yang luas dengan wahana yang banyak dan strawberry farm. Tapi karena kita hanya travelling berdua dan tidak bersama anak-anak, kita tidak mengunjungi wahana ini sama sekali, dan kita hanya bersuka-ria menjelajah area perbelanjaan dan kasino, dari yang satu ke yang lainnya. Tempat kasino yang akhirnya paling nyaman karena banyak hiburan di dalamnya dan suasananya lebih santai adalah kasino yang ada di Genting Highland Hotel.

Hari berganti, setelah puas berputar-putar di pusat perbelanjaan dan menonton berbagai atraksi termasuk studio Ripley’s dengan segala keunikan, dan bermain beberapa wahana sederhana seperti Wishing Well, sumur keberuntungan dengan “wish” agar segera bisa kembali lagi ke sini bersama anak-anak, kita meninggalkan Genting dengan menumpang taxi dari stand taxi di sudut hotel First World. Yang unik saat naik taxi ini, kita ditawarkan tarif yang lebih murah dengan share taxi dengan penumpang lain, sehingga kita bisa membayar RM 35 per orang untuk pulang ke KL. Yang biasanya RM50 per orang.

Selamat tinggal Genting, kota untuk bermimpi di atas awan… Selamat tinggal juga 2010 dengan segala naik-turunnya. Let us chase our dream for a better future menjejak bumi, bukan lagi berada di atas awan….
lanjut kisah tahun-baruan di KL..

Liburan Akhir Tahun di Malaysia, Seru dan Murah. Part 1

Akhir Tahun 2010 di Malaysia..
Setelah tahun 2010 yang luar biasa naik-turun-nya, kita, saya berdua dengan suami,  sepakat untuk berlibur akhir tahun. Kali ini mesti ke luar-negeri tapi yang tidak mahal dan tidak jauh... jadilah kita putuskan pergi ke Malaysia. Harus naik low-cost airfare, harus nginep di hotel yang murah, dan harus senang...
Jadi kita segera browsing website untuk dapetin air-ticket dan hotel yang paling efisien. Agenda kita adalah jalan-2 ke Genting lalu ke Kuala Lumpur. Jadilah trus kita dapet tiket lumayan murah pakai Air Asia. Itinerary-nya begitu tiba langsung ke Genting highland, menginap 1 malam, dan tahun-baru-an di KL, menginap 2 malam. Jadi setelah tiket pesawat beres, kita booking hotel, baik di Genting maupun di KL, semuanya lewat website. Bahkan plan untuk transportasi semua datanya sudah kami dapatkan dari website.
Pilihan hotel yang ada di kompleks Genting Resort sesungguhnya ada banyak, ada hotel Theme park, ada Genting Highlands, ada Maxims, dan tentunya yang terbesar First World hotel yang konon jumlah kamarnya sampai 6.000 kamar. Kita pilih hotel First World, yang saat itu tersedia kamarnya di tanggal yang kita tentukan 30 Des dan yang sesuai dengan budget kita yaitu di bawah Rp. 1 juta permalam. Hotel Theme Park dan Genting Highlands agak lebih mahal sedikit, sedangkan Hotel Maxims jauuuuh di atas budget kita.

Selanjutnya hotel di KL, karena kita browsing di Agoda.com, kita pilih Nikko Hotel Kuala Lumpur karena harganya bersaing dan dia muncul di halaman awal dari kategori 'most popular'. Sesungguhnya kita sungguh khawatir dengan kondisi hotel di masa liburan akhir tahun. Pastinya banyak banget tumpah ruah tempat-tempat daerah tujuan wisata… bagaimana kabar antri check in-nya nanti yaa… it really worries me…!
So setelah ticket dan akomodasi beres, here we go Malaysia...

Ini kali pertama kita naik Air Asia, jadi kita dengan pede-nya langsung ke Terminal 3 di bandara Soeta.. Eh ternyata Terminal 3 yang katanya cantik itu hanya untuk domestic flight-nya Air Asia... wah untung mobil yang nge-drop kita di Terminal 3 belum jalan... jadi kita segera ke Terminal 2. Air Asia rupanya ok banget dan sesuai dengan motonya – make everyone can fly, servicenya serba cepat dengan adanya kios chek-in di depan counter. Tinggal scan barcode dari tiket yang kita print dari website, langsung dapat boarding pass. Untung kita sudah pesan kursi sejak dari booking di website. hal ini sungguh amat memudahkan, karena selain menjadi lebih cepat, kursi terjamin, dan kita sudah pilih kursi agak ke depan... seolah-2 menjadi penumpang business class...
Service Air Asia benar-benar comprehensive, mungkin karena memang dia airlines milik Malaysia. Sehingga sejak di atas pesawat kita sudah ditawari tiket bus menuju KLCC, yang kita assume pasti merupakan tengah kota Kuala Lumpur. Jadi begitu tiba di bandara yang bersih dan rapih, urusan imigrasi juga lancar dan cepat, kita segera keluar ke arah statiun bus Skybus. Tidak lama menunggu, kita langsung melaju menuju highway yang mengantar kita ke tengah kota....
Apadaya begitu tiba di statiun KL Sentral dan mau langsung lanjut dengan bus Genting Express, ternyata bus-nya penuh dan baru ada lagi 3 jam dimuka. Wah karena tak ingin agenda acara berubah, kita segera mengiyakan tawaran supir taxi yang sudah standby di sekitar loket bus Genting Express. Yang terasa berbeda, walau kita tawar-tawaran dengan supir taxi-nya namun kita merasa terbantu. Karena naik taxi biaya jadi tinggi, menjadi RM 60 + RM 18 untuk naik Skybus tadi, padahal di LCCT tadi sempat melirik ada bus langsung dari bandara ke Genting, hanya RM 35 per orang. hmm, selisih RM 8 kan jadinya untuk kami berdua. Tapi tak apalah, untuk pengalaman....
Perjalanan ke Genting hanya sekitar 30 menit. Perjalanan lancar karena jalanan tol-nya luas dan tidak ada macet baik di pintu masuk maupun keluar. Namun perjalanan menanjak terus, hingga akhirnya tiba di area dimana kabut lumayan tebal. Hmm... untung ini siang bolong, kalau perjalanan di malam hari, rasanya pasti lebih was-was. Supir taxi yang menandai kalau kita turis yang baru pertama kali ke Genting berkali-kali menawarkan bahkan hingga berhenti di pabrik coklat yang terletak kira-kira hanya 1 km sebelum sampai di gate Skyway Cable Car. Bila kita tidak mau, tetaplah berkeras untuk melanjutkan perjalanan, karena supir mengharapkan komisi dari belanja-an kita di toko coklat tersebut.

Nah kini tiba lah kita di Skyway Cable Car terminal...
Cerita selama di Genting kita mulai dari pengalaman di Skyway Cable Car Terminal dan lanjut di halaman berikutnya yaa...

Catatan Kecil, Kenapa Tidak?

Maret 2011 Setelah hampir melalui 44 tahun usia kehidupan yang luar biasa, setelah 15 tahun menjalani kehidupan rumah tangga, setelah menulis terus menerus catatan harian sejak di bangku SMP tanpa pernah putus, setelah mengenal komputer dan lalu internet lebih dari 2 dasawarsa,... maka baru kali ini saya membuat blog pribadi...
Lalu mengapa sekarang?
Pertama karena ikut-ikutan putra-ku pertama yang mulai membuat blog untuk tugas sekolah-nya dan blognya langsung sukses berat karena unik.
Kedua karena ternyata banyak sekali "little notes" yang mungkin baik untuk di share, karena saya percaya pengalaman kita, pengalaman orang lain, bahkan mimpi yang belum menjadi pengalaman, bisa jadi menjadi inspirasi.
Ketiga karena iseng,.... hahaha

Let me begin this journey of writing my little notes, i would like to share to the world...
Bismillahirohmanirohim... (semoga menjadi manfaat...)